Beringin tua di pinggir jalan raya
di sebuah ibu kota yang setengah muda
ratusan tahun usianya berdiri
menadah matari memayungi bumi
burung-burung berterbangan menyanyi
di sini rumah mereka, di sini keluarga bahagia
kupu-kupu berkejaran dalam senda guraunya
anak-anak bermain di keteduhan perdunya.
= Penulis menggambarkan sebatang pohon beringin tua yang telah sekian lama tumbuh di pinggir jalan.Pohon ini adalah pelindung warga alam dan padanya wujud keindahan iaitu burung-burung dan kupu-kupu yang menjadikan pohon ini sebagai rumah dan taman permainan.
Tiba-tiba pagi yang hitam itu datang
gergasi teknologi menyerangnya
dengan kejam membenamkan gigi-gigi besi
sehingga terdengarlah jeritan ngeri
suara Beringin rebah ke bumi
= Demi pembangunan di ibu kota, pohon itu telah ditebang
Sampai sekarang, tiap senjakala lembayung petang dengarlah
suara beringin mengucapkan pesan :
Selamat tinggal,selamat tinggal wahai awan,
Selamat tinggal matari, selamat tinggal bulan,
Selamat tinggal kupu-kupu sayang,
Selamat tinggal wahai burung-burung bersarang,
Selamat tinggal anak-anak bermain riang.
Namaku pohon beringin yang terbuang, dimusuhi oleh rancangan
bernama pembangunan.
= Beringin tua yang berjasa itu meninggalkan pesan kerinduan kepada warga-warga alam yang pernah dipayunginya. Terkorbanlah ia yang berjasa atas nama pembangunan fizikal.
No comments:
Post a Comment